Minggu, 05 Februari 2023

PENTINGNYA NIAT DALAM BELAJAR

 

PENTINGNYA NIAT DALAM BELAJAR

Belajar menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, dapat diinterpretasi sebagai bagian dari proses berkegiatan untuk menciptakan sebuah pencerahan, belajar menjadi langkah nyata untuk memahami banyak hal.

Kegiatan belajar agar berjalan dengan baik, dalam prosesnya para ulama memberi resep belajar supaya hasil belajar berkualitas. Resep tersebut adalah niat, niat menjadi yang pertama karena sebagai sumber semua perbuatan yang dilakukan oleh manusia.

Apabila seorang pelajar dari awal telah niat bersungguh-sungguh dalam belajar, pasti hasil akhir belajarnya pun akan baik. Berbeda dengan pelajar yang dari awal sudah tidak ada niat, maka hasil akhirnya pasti akan kurang. Bahkan dalam kitab Ta'alim Muta'alim, pengarang kitab menempatkan bab niat di awal karangannya. Beliau menjelaskan bahwa wajib adanya niat saat belajar. Sebab niat itu menjadi pokok dari segala keadaan atau kondisi.

Pentingnya Niat dalam Belajar

Niat dalam belajar adalah sebuah kesungguhan seseorang yang memantapkan hatinya untuk belajar seiring ridho Allah SWT.

Niat dalam belajar adalah hal yang sangat diutamakan terlebih niat merupakan sesuatu yang dapat memotivasi diri untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Aspek terpenting dalam meraih keberhasilan itu ternyata bukan terletak pada kurikulum, sarana dan prasarana atau lainnya, tetapi sangat ditentukan oleh niat yang benar, tulus, dan bersungguh-sungguh. Niat dianggap menjadi kekuatan atau pintu keberhasilan dalam setiap usaha, apalagi dalam belajar.

Tanpa niat yang benar dan sungguh-sungguh, seseorang akan sulit mencapai tujuan hidupnya. Niat dan tujuan belajar bukan hanya sekedar kepentingan duniawi saja tetapi juga untuk akhirat. Niat dan tujuan belajar harus ditata sejak awal berangkat ke tempat belajar pengetahuan.

Imam Ahmad ditanya mengenai apa niat yang benar dalam belajar, beliau menjawab, “Niat yang benar dalam belajar adalah untuk beribadah dan mencari ridho Allah, kemudian mengamalkannya pada yang lain.” Hal ini menunjukkan bahwa niat belajar yang kurang tepat adalah jika ingin menjatuhkan atau mengalahkan orang lain atau ingin mencari kedudukan mulia di dunia. Anas bin Malik berkata:

مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ يُبَاهِي بِهِ الْعُلَمَاءَ ، أَوْ يُمَارِي بِهِ السُّفَهَاءَ ، أَوْ يَصْرِفُ أَعْيُنَ النَّاسِ إِلَيْهِ ، تَبَوَّأَ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

“Barangsiapa belajar hanya ingin digelari ilmuan, untuk berdebat dengan orang bodoh, supaya dipandang manusia, maka silakan ia mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR. Hakim dalam Mustadroknya)

Di antara ibadah yang paling penting yang mudah mendekatkan seorang hamba pada Allah adalah tholabul ‘ilmi atau belajar. Sedangkan perkara yang sangat penting yang perlu diperhatikan dan selalu dikoreksi adalah niat dalam belajar. Tidak ada kebaikan yang diperoleh jika seseorang ketika belajar berniat tidak mencari ridho Allah.

Bagaimanakah niat yang benar dalam belajar?

Syaikh ‘Abdus Salam Asy Syuwai’ir mengatakan bahwa ada tiga perkara yang harus dipenuhi agar seseorang memiliki niat yang benar dalam belajar. Tiga perkara tersebut adalah: 1) belajar diniatkan untuk beribadah kepada Allah dengan benar, 2) berniat untuk mengajarkan kepada orang lain, 3) Istiqomah atau terus menerus dan membutuhkan waktu yang lama (bukan hanya sebentar).

Belajar itu membutuhkan kesungguhan. Muhammad bin Syihab Az Zuhri berkata,

العلم إذا أعطيته كلك أعطاك بعضه

“Yang namanya ilmu, jika engkau memberikan usahamu seluruhnya, ia akan memberikan padamu sebagian.”

Dalam hadits riwayat Muslim, Abu Katsir berkata,

لاَ يُسْتَطَاعُ الْعِلْمُ بِرَاحَةِ الْجِسْمِ

“Ilmu tidak diperoleh dengan badan yang bersantai-santai.” (HR. Muslim no. 612).

Seberapa urgenkah niat dalam belajar?

Allah memerintahkan untuk belajar, sebagaimana tersirat dalam QS At-Taubah: 122.

 وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ ࣖ

“Tidak sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi (tinggal bersama Rasulullah) untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya”

Ayat di atas menegaskan bahwa belajar itu suatu kewajiban, baik belajar ilmu tentang urusan dunia maupun akhirat. Banyak persoalan duniawi yang harus diselaikan dengan baik dan memerlukan ilmu pengetahuan. Dengan demikian setiap insan hendaklah memiliki ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum, sebagai modal perjuangan untuk mencapai cita-cita kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.

Supaya belajar itu tidak sia-sia, maka diperlukan niat dan tujuan yang benar. Niat dan tujuan belajar bukan hanya sekedar kepentingan duniawi yang selalu dihubungkan dengan status sosial di masa depan, terutama dalam hal pekerjaan dan pendapatan. Bila para pelajar atau mahasiswa hanya itu dalam niat dan tujuan belajarnya, berarti mereka telah menggadaikan dan menjual kebahagiaan akhirat dengan kesenangan duniawi.

Oleh karena itu, menjadi kewajiban orang tua atau si pebelajar untuk mengarahkan niat dan tujuan dalam belajar. Belajar merupakan pekerjaan mulia dan sekaligus termasuk ibadah bila dikerjakan dengan niat yang suci karena Allah. Oleh karena itu tujuan utama dari belajar adalah “ mencari keridhaan Allah agar kelak bisa menempati kedudukan tinggi dan mulia di sisi-Nya.

Hanya dengan niat yang mulia dan tulus, segala aktivitas belajar dapat diterima oleh Allah sebagai bentuk ibadah kepada-Nya. Begitu urgennya masalah niat, Rasulullah menegaskan: “Sesungguhnya segala amal atau pekerjaan itu tergantung kepada niatnya dan sesungguhnya setiap orang akan memperoleh sesuai dengan niatnya. (Muttafaqun ‘alaih).

Selain niat yang benar, diperlukan juga keyakinan bahwa orang-orang yang belajar dengan tujuan untuk mencapai ridha Allah, maka baginya telah disediakan pahala dari Allah berupa kebahagiaan di dunia dan akhirat. Selain itu setiap perbuatan yang menunjang proses belajar mereka, walau sekecil apapun dapat bernilai ibadah asalkan disertai dengan niat yang tulus. Bahkan boleh jadi satu amal dibidang ilmu pengetahuan yang terlihat biasa-biasa saja, berubah menjadi sesuatu yang istimewa dengan ketulusan niat. Tetapi sebaliknya, amal yang terlihat hebat dibidang tersebut bisa menjadi hampa karena niat yang tidak tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Inovasi Penerbitan Buku

  Judul : Inovasi Penerbitan Buku Resum ke- : 30 Gelombang ...